Kamis, 26 September 2013

MACAM-MACAM CANANG



MACAM-MACAM CANANG
Upakara dengan kuantitas terkecil yang dikenal dengan istilah kanista atau inti dari upakara tersebut “Canang”, untuk dapat megambil semerti dari canang dapat diambil dari kata canang, yang berasal darai suku kata “Ca” yang artinya indah, sedangkan suku kata “Nang” artinya tujuan yang dimaksud (Kamus Kawi Bali). Dengan demikian maksud dan tujuan canang adalah, sebagai sarana bahasa Weda untuk memohon keindahan (Sundharam) Kehadapan Sang Hyang Widhi.
Mengenai bentuk dan fungsi canang menurut pandangan ajaran Agama Hindu di Bali memiliki beberapa bentuk dan fungsi sesuai dengan kegiatan upacara yang dilaksanakan. Canang dapat dikatakan sebagai penjabaran dari bahasa Weda melalui simbol-simbolnya yaitu:
a.       Canang yang dialas dengan sebuah ceper, adalah sebagai simbul “Ardha Candra”, sedangkan canang yang dialasi dengan sebuah tamas kecil adalah sebagai simbul “Windhu”.
b.      Didalam ceper berisi sebuah porosan adalah sebagai simbul “Silih Asih”, dalam arti umat Hindu harus didasari oleh hati yang welas asih kehadapan Sang Hyang Widhi, demikian sebaliknya sebagai anugerah Beliau.
c.       Didalam ceper juga berisi jajan, tebu dan pisang, adalah sebagai simbul “Tedong Ongkara”, menjdai perwujudan dari kekuatan, Utpeti, Stiti, dan Pralina dalam kehidupan di Alam semesta ini.
d.      Diatas raka-raka tadi disusunkan sebuah sampian Urasari, adalah sebagai simbul kekuatan “Windhu” serta ujung-ujung sampian tersebuat adalah sebagai simbul “Nadha”.
e.       Diatas sampian urasari disusunkan bunga-bunga dengan susunan sebagai berikuut :
·         Bunga putih disusunkan pada arah Timur sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Iswara.
·         Bunga berwarna merah disusunkan pada arah Selatan adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Brahma.
·         Bunga berwarna kuning disusunkan pada arah Barat, adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Mahadewa.
·         Bunga berwarna biru atau hijau disusunkan pada arah Utara, adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Wisnu.
·         Kembang Rampai disusunkan tepat ditengahnya adalah sebagai simbul kekuatan “Sang Hyang Panca Dewata”.
Dengan demikian canang adalah mengandung makna sebagai permohonan umat Hindu kehadapan Sang Hyang Widhi (berwujud Ongkara) bahwa umatnya memohon kekuatan, untuk itu agar beliau bermanifestasi menjadi kekuatan Ista Dewata.
Bentuk dan Fungsi Canang
Bentuk dan fungsi canang yang ada di Bali memiliki beberapa bentuk dan fungsi, antara lain:
1.      Canag Sari
Canang Sari adalah sebuah canang yang alasnya dari sebuah ceper atau tamas kecil, hanya sampian uras sarinya membentuk asthadala sehingga terlihat berbentuk bundar sedangkan isinya seperti yang dijelaskan diatas, yang fungsinya adalah sebagai simbul serining yadnya, sehingga setiap upakara disertakan dengan canang sari. Disamping canang sari ageng ada juga canang sari alit yaitu hanya menggunakan empat penjuru pada simbul sampian urasarinya tetapi memiliki prinsip dan kwalitas yang sama.
Pada cepernya berisi raka-raka dan porosan, diatasnya dipasangkan sampian urasari, kemudian diatas sampian uras disusunkan bunga putih arah timur, bunga merah dikanan, bunga kuning dibagian barat, bunga biru dikiri, dan kembang rampai ditengah (sesuai pengideran).
2.      Canang Genten
Pada prinsipnya canang genten sama dengan canang sari, hanya ditambahkan dengan jajan kekiping, pisang mas, dan bubur sesuruh merah dan putih, dan masing-masing bubur tersebut dibungkus dengan janur digiling menyerupai sebatang rokok, serta diletakkan dibawah sampian urasari.
Fungsi canang ini adalah sebagai sarana untuk memohon anugerah keremajaan atau kayowanan. Oleh karena itu canang genten dipergunakan pada pelaksanaan Upacara Ngeraja Sewala / Ngeraja Singa, upacara potong gigi dan pada upacara perkawinan.

3.      Canang Payasan / Canang Pesucian
Canang pesucian dialasi dengan sebuah Ceper pada bagian pangkalnya, dan diatas taledan ini dijaritkan 5 buah celemik dengan posisi tempatnya, atas bawah, kanan, kiri, serta ditengahnya, masing-masing celemik berisi sarana sebagai berikut:
a.       Pada celemik diatas berisi tepung tawar, adalah sebagai kekuatan Sang Hyang Iswara untuk memohon penyucian mengenai sebel kandel, letuhing jagat dan sarira.
b.      Pada celemik dibagian kanan berisi lenga wangi (kapas berisi minyak wangi), adalah simbul kekuatan Sang Hyang Brahma, untuk memohon penyucian kehadapan  Beliau mengenai berbagai macam bentuk yang bersifat Wigna.
c.       Pada celemik dibagian bawah, berisi daun dapdap yang digilas, adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Mahadewa, untuk memohon penyucian kehadapan Beliau mengenai segala akibat dari perbuatan Satru (kejahatan).
d.      Pada celemik dibagian kiri berisi sisig, adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Wisnu, untuk memohon penyucian mengenai gering sasab merana.
e.       Pada celemik ditengah berisi burat wangi, adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Siwa, untuk memohon penyucian kehadapan Beliau, mengenai segala kekotoran bathinniah. Canang pesucian ini dipergunakakn hampir pada setiap upakara.
4.      Canang gantal
Pada prinsipnya canang gantal ini sama dengan canang pesucian hanya pada celemik ditengah diisi base tubungan metungkas, mengenai makna yang terkandung kedalam canang gantal dapat disimak dari kosakatanya yaitu:
Kata gantal berasal dari kata “Gana”, yang mengandung arti “Pertemuan” atau pupulan, sedangkan suku kata “Tal”, dapat diartikan “Bersatu” atau terikat menjadi satu. Dengan demikian canang gantal memiliki makna sebagai permohonan umat kehadapan Sag Hyang Widhi agar dianugerahkan kedamaian.
Canang gantal terdiri dari dua taledan, taledan pertama berisi seperti yang telah dijelaskan diatas, kemudian diatas taledan pertama disusun lagi dengan taledan kedua yang berisi, raka-raka lengkap, sampian plaus, dan porosan. Diatas taledan dijaritkan dua buah celemik dengan posisi dikanan dan kiri, dengan celemik disebelah kanan berisi burat wangi, serta celemik yang disebelah kiri berisi lenga wangi, sedangkan dibagaian tengahnya berisi pisang mas, jajan kekiping, 2 buah bantal kecil kemudian paling atas disusunkan sebuah canang sari diikat dijadikan satu. Canang gantal dipergunakan pada upakara panca yadnya.
5.      Canang Pengerawos
Pembuatan canag pengerawos, pada prinsipnya sama seperti canang gantal hanya ditengahnya mempergunakan sebuah takir berisi 5 buah lekesan, serta maknanya hampir sama dengan canang gantal, hanya disini menekankan permohonan kehadapan Sang Hyang Widhi, khususnya dalam hal memohon kebulatan pendapat berdasarkan ketenangan hati untuk mencapai kedamaian.
Lekesan sebanyak 5 buah adalah sebagai simbul dari, sabda, bayu, idep, rasa, dan cita. Canang pengerawos dipergunakan pada upakara peparuman, upakara pemelastian Bethara, upakara piodalan, upakara pengajuman.
6.      Canang Tubungan
Pada prinsipnya canang tubungan sama dengan cacang pengerawos hanya lekesannya satu buah saja, dan mengandung makna sebagai simbul permohonan umat kepada Sang Hyang Widhi agar beliau bermanifestasi sebagai Ista Dewata, dan berstana sesuai dengan fungsinya untuk menganugrahkan suatu kekuatan. Canang tubung dipergunakan pada upakara penuntunan, pemendakan, dan pada upakara pasupati.
7.      Canang Raka
Canang raka pada prinsipnya sama dengan membuat canang sari hanya berisi buah-buahan sebanyak 5 macam buah, dan berisi eteh-eteh pesucian. Canang raka memiliki makna sebagai simbul memohon pengeleburan Panca Mala baik terhadap Bhuana Agung maupun terhadap Bhuana Alit, serta dianugrahkan Panca Amertha yaitu:
*        Amertha Sanjiwani yang disimbulkan dengan pisang kayu (kebiyuh dayan) agar umat memiliki sifat bijaksana.
*        Amertha kamandalu yang disimbulkan dengan buah salak agar selalu dianugerahkan kesehatan phisik, mental, akal, dan budhi.
*        Amertha Kundalini yang disimbulkan dengan buah yang berwarna kuning seperti mangga, pepaya, dsb, agar dianugerahkan kemakmuran, kesejahteraan, dan untung tuwuh.
*      Amertha Pawitra, yang disimbulkan dengan buah manggis, agar senantiasa memiliki hati yang iklas dan jujur untuk menuju ketingkat kesucian.
*      Amertha Maha Amertha, yang disimbulkan dengan buah jeruk dengan macamnya (Samagama), agar senantiasa memiliki batin yang suci untuk menyatu kehadapan Sang Hyang Widhi melalui sembah Bhaktinya.
Canang raka dipergunakan untuk Upakara Panca yadnya, khususnya pada upakara peperanian, upakara pesimpenan pedagingan, upakara penyejer disaat ada piodalan.
8.      Canang Lengawangi / Burat Wangi  
Canang ini disamping menggambarkan Sang Hyang Tri Murti, juga menggambarkan Sang Hyang Tri Purusa yaitu manifestasi Ida Sang Hyang Widhi dalam menguasai Tri Bhuwana (bhur, bwah, swah).
Hal ini dapat kita lihat dari bahan lengawangi, burat wangi yaitu seperti:
Lengawi terdiri dari dua jenis yang hitam dan yang putih. Yang hitam adalah campuran dari minyak kelapa dan arang dari bunga-bungaan kering yang dibakar. Yang putih adalah campuran dari minyak kelapa dan malem yang terdapat pada lebah dan menyan. Burat Wangi merupakan campuran dari akar-akaran, kulit-kulit kayu yang harum seperti cendana, majegau, akar besi, dll. Canang Lengawi Burat wangi ini lebih lengkap dari canang genten, karena ditambah lagi dengan kiping, biu mas, tebu, dan lengawi, burat wangi.
Canang Lengawi Burat wangi alasnya memakai ceper atau taledan, di atasnya berisi dua buah tangkih atau celemik, masing-masing diisi burat wangi dan lenga wangi dilengkapi plawa, porosan, uras sari, bunga, rampe dan boreh miyik.
CARA TETANDINGA CANANG RAKA SEBAGAI PERMOHONAN PENGELEBUR PANCA MALA
1.      Paling atas berupa Canang Sari
2.      Tumpukan kedua adalah berupa Canang Pesucian
3.      Tumpukan ketiga berupa Canang berisi Raka dengan tetandingan sebagai berikut :
Cara membuatnya sama dengan canang pesucian dan canang sari, hanya tambahan setiap celemik berisi,
a.       Celemik dibagian atas berisi pisang kayu sebagai simbul nunas Amertha Sanjiwani, kebiyuhdayaan, nunas sifat kebijaksanaan.
b.      Celemik dibagian kanan berisi buah salak, sebagai simbul nunas Amertha Kamandalu, agar diberikan kekuatan fisik, akal dan budhi.
c.       Celemik dibagian bawah berisi buah yang berwarna kuning, (mangga, pepaya, dsb), nunas amertha kundalini, sebagai bentuk permohonan agar dianugerahkan kemakmuran, kesejahteraan, dan nugtug tuwuh.
d.      Celemik dibagian kiri berisi buah manggis, nunas Amertha Pawitra, sebagai bentuk permohonan agar selalu memiliki hati yang tulus ikhlas dan jujur, untuk menuju ketingkat kesucian.
e.       Celemik ditengah berisi jeruk dengan macamnya seperti semaga (semagama), nunas Amertha Maha Amerta, sebagai permohonan agar senatiasa diberikan dan memiliki Bhatin yang suci untuk menyatu dengan Sang Hyang Widhi melalui sembah bhaktinya.
f.       Diatasnya berisi Canang Urasari, kemudian ketiga tetandingan tersebut diikat jadi satu ikatan, maka jadilah “Canang Raka”.
1.      CANANG SARI
Keterangan :

1)      Ceper
2)      Tebu Seiris
3)      Porosan Silih Asih
4)      Jaja Uli Bagina Hancur
5)      Pisang Seriris
6)      Sampian rurassari
7)      Bunga puith di timur
8)      Bunga merah diselatan
9)      Bunga kuning di barat
10)  Bunga hijau/biru di utara
11)  Kembang rampe di tengah

2.      CANANG GENTEN
Keterangan :

1)      Ceper
2)      Tebu seiris
3)      Porosan silih asih
4)      Jaja uli bagina sedikit
5)      Pisang seiris
6)      Kiping
7)      Biu mas
8)      Bubuh sesuru mekaput busung seperti rokok
9)      Sampian rurus sari
10)  Bunga putih ditimur
11)  Bunga merah di selatan
12)  Bunga kuning di barat
13)  Bunga hijau/biru di utara
14)  Kembang rampe di tengah

3.      CANANG PESUCI
Keterangan :

1)      Ceper
2)      Tetuwasan petat
3)      Tetuwasan suwah
4)      Bunga
5)      Porosan silih asih
6)      Celemik berisi tepung beras/tawar
7)      Celemik berisi kapas + minyak wangi
8)      Celemik berisi daun dapdap mecacak
9)      Celemik berisi jaja metunu (sigsig)
10)  Celemik berisi serbuk cendana
11)  Sebuah takir berisi air
12)  Canang sari

4.      CANANG GANTAL
Keterangan :

1)      Taledan mepelikir
2)      Raka-raka jangkep sampian palus
3)      Celemik berisi tepung tawar
4)      Celemik berisi kapas + minyak wangi
5)      Celemik berisi daun dapdap mecacak
6)      Celemik berisi jaja metunu
7)      Celemik berisi sebuk cendana
8)      Base tulak
9)      Taledan mepelekir
10)  Raka-raka jangkep sampian palus
11)  Celemik berisi lenge wangi (salep wangi)
12)  Celemik berisi burat wangi (serbuk cendana)
13)  Kiping
14)  Biyu mas
15)  Bantal 2 buah
16)  Canang sari diatas (diikat) (paling atas)

5.      CANANG PENGERAOS
Keterangan :

1)      Canang sari (diikat jadi satu)
2)      Taledan mepelekir
3)      Raka-raka jangkep sampian palus
4)      Celemik berisi lenge wangi (salep wangi)
5)      Celemik berisi burat wangi (serbuk cendana).
6)      Kiping
7)      Biyu mas
8)      Bantal 2 buah
9)      Taledan mepelekir
10)  Raka-raka jangkep
11)  Celemik berisi tepung tawar
12)  Celemik berisi kapas + minyak wangi
13)  Celemik berisi daun dapdap mecacak
14)  Celemik berisi jaja metunu
15)  Celemik berisi serbuk cendana
16)  Base lekesan 5 buah diikat jadi satu alas takir.

6.      CANANG TUBUNGAN
Keterangan :

1)      Canang sari (diikat jadi satu)
2)      Taledan mepelekir
3)      Tetuwasan petat
4)      Tetuwasan suwah
5)      Porosan silih asih + bunga
6)      Celemik berisi tepung tawar
7)      Celemik berisi kapas + minyak wangi
8)      Celemik berisi daun dapdap mecakcak
9)      Celemik berisi jaja metunu
10)  Celemik berisi serbuk cendana
11)  Taledan mepelekir
12)  Raka-raka sampian laus
13)  Celemik berisi buah pinang
14)  Celemik berisi pamor
15)  Celemik berisi gambir
16)  Celemik berisi mako
17)  Celemik berisi beras kuning
18)  Base tubungan

7.      CANANG RAKA
Keterangan :

1)      Canang sari (diikat jadi satu)
2)      Taledan mepelekir
3)      Tetuwasan petat
4)      Tetuwasan suwah
5)      Porosan silih asih
6)      Celemik berisi tepung tawar
7)      Celemik berisi kapas + minyak wangi
8)      Celemik berisi daun dapdap mecakcak
9)      Celemik berisi jaja metunu
10)  Celemik berisi serbuk cendana
11)  Taledan mepelekir
12)  Raka-raka sampian palus
13)  Celemik berisi biyu kayu
14)  Celemik berisi salak
15)  Celemik berisi mangga
16)  Celemik berisi manggis
17)  Celemik berisi semaga



8.      CANANG LENGE WANGI BURAT WANGI
Keterangan :

1)      Canang sari (diikat jadi satu)
2)      Taledan mesibeh 1
3)      Raka-raka sampian palus
4)      Celemik berisi lenge wangi (salep wangi)
5)      Celemik berisi burat wangi (serbuk cendana)
6)      Taledan mesibeh 1
7)      Raka-raka jangkep sampian palus
8)      Celemik berisi tepung tawar
9)      Celemik berisi kapas + minyak wangi
10)  Celemik berisi daun dapdap mecakcak
11)  Celemik berisi jaja metunu
12)  Celemik berisi serbuk cendana

Arti dan Fungsi Bunga

Arti bunga dalam Lontar Yadnya Prakerti disebutkan sebagai ”... sekare pinako katulusan pikayunan suci”. Artinya, bunga itu sebagai lambang ketulusikhlasan pikiran yang suci. Bunga sebagai unsur salah satu persembahyangan yang digunakan oleh Umat Hindu bukan dilakukan tanpa dasar kita suci.
Untuk fungsi bunga yang penting yaitu ada dua dalam upacara. Berfungsi sebagai simbul, Bunga diletakkan tersembul pada puncak cakupan kedua belah telapak tangan pada saat menyembah. Setelah selesai menyembah bunga tadi biasanya ditujukan di atas kepala atau disumpangkan di telinga. Dan fungsi lainnya yaitu bunga sebagai sarana persembahan, maka bunga itu dipakai untuk mengisi upakara atau sesajen yang akan dipersembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa ataupun roh suci leluhur.
Dari Bunga, buah dan daun di Bali dibuat suatu bentuk sarana persembahyangan seperti : canang, kewangen, bhasma dan bija. Canang, kewangen, bhasma dan bija ini adalah sarana persembahyangan yang berasal dari unsur bunga, daun, buah dan air. Semua sarana persembahyangan tersebut memiliki arti dan makna yang dalam dan merupakan perwujudan dari Tatwa Agama Hindu.

Arti dan Fungsi Canang
Canang ini merupakan upakara yang akan dipakai sarana persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Bhatara Bhatari leluhur. Unsur - unsur pokok daripada canang tersebut adalah:
a.    Porosan terdiri dari : pinang, kapur dibungkus dengan sirih. Dalam lontar Yadnya Prakerti disebutkan : pinang, kapur dan sirih adalah lambang pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Tri Murti.
b.    Plawa yaitu daun-daunan yang merupakan lambang tumbuhnya pikiran yang hening dan suci, seperti yang disebutkan dalam lontar Yadnya Prakerti.
c. Bunga lambang keikhlasan
d. Jejahitan, reringgitan dan tetuasan adalah lambang ketetapan dan kelanggengan pikiran.
e. Urassari yaitu berbentuk garis silang yang menyerupai tampak dara yaitu bentuk sederhana dari pada hiasan Swastika, sehingga menjadi bentuk lingkaran Cakra setelah dihiasi.
f.  Jejahitan, reringgitan dan tetuwasan adadlah lambang ketetapan dan kelanggengan pikiran.
Untuk sesaji dalam bentuk canang dengan Tri bhawana, mantra;
  • Om Parama Ciwa twam gohyah Ciwa tatwa parayanah Ciwasya pranato nityam Candisaya namo’stute  
  • Om newidyam Brahma Wisnucca, bhoktra dewa mahecwaram, sarwa wyadin alabhati, sarwa karyanta siddhamtam.
  • Om jayarti jayam apunyat, ya cakti yacam apnoti, ciddhi sakalam apnuyat, Parama Ciwa labhati.
  • Om bhoktra laksana ya namo namah swaha.
BASE TUBUNG
Hasilnya : dua buah dari langkah ke 3 disatukan pertemuan bagian ujung dan ujung, pangkal dan pangkal lalu diikat dengan 1 buah langkah ke 3.
BASE TULAK
Hasilnya : ambil 2 buah base dari langkah ke 3, satukan ujung + pangkal lalu diambil lagi base dari langkah ke 3 dan ikat,
POROSAN SILIH ASIH
1)      Busung
2)      Base diolesi pamor
3)      Semat

POROSAN TAMPELAN
1)      Daun plawa / bunga
2)      Busung
3)      Semat, didalam berisi base dan pamor (sedikit).

2 komentar: